Orang itu yang dipegang adalah omongannya

Posted by on Apr 2, 2013 in Wirausaha | 0 comments

Malam ini ketika saya membantu suami melayani pelanggan, ada hal yang mengingatkan kami bahwa setiap apa yang kita katakan itu merupakan sebuah “janji”, bukan omong kosong belaka.

Pelanggan itu meminta kami untuk mengecek webnya. Dikarenakan suami sedang sibuk, maka kami bilang bahwa jam 10 malam baru kami bisa bantu. Dan pelanggan itu bilang : “baik, saya tunggu janjinya”.

Mendadak kami terperangah “wow, janji ? Siapa yang bilang janji? Kita tadi kan tidak bilang pasti jam 10 ? Bisa jadi lebih dari jam itu”. Kami merenung sesaat. Oh iya, kami diingatkan lagi bahwa setiap omongan jangan “sia-sia” dikatakan, tapi harus ditepati.

Saya bersyukur diingatkan kembali tentang hati-hati dalam setiap perkataan. Sekali kita tidak bisa menepatinya, maka berkurang sudah kepercayaan orang terhadap kita.

Hal ini juga sering saya alami ketika menjadi customer. Baru-baru ini saja ada seorang marketing perumahan yang tidak bisa memegang omongannya. Beliau mengatakan bahwa beliau tidak akan mengecewakan customer dengan menyerahkan kavling yang dijual itu ke orang lain. Tapi ternyata belum juga fix harga upgrade bangunannya diserahkan ke kami, kavling tersebut sudah diserahkan ke pembeli yang lain.

Rasa kecewa memang berkecamuk. Tapi saya sudah rasa dari awal memang hal ini sangat mungkin terjadi. Seharusnya marketing tersebut mengatakan bahwa agar tidak diambil pembeli yang lain, maka kami harus membayar booking fee. Tapi beliau tidak mengatakan demikian. Beliau mengatakan bahwa harus memberi uang muka tanda jadi (deal) dulu. Padahal harga upgrade belum fix, bagaimana memberi tanda jadi?

Ah tapi tidak mengapa. Saya sangat paham akan kejadian seperti akan pasti terjadi.

Hal lain juga pernah terjadi dengan sebuah penjual jasa. Beliau mengatakan bahwa paling lambat 1 bulan jadi. Tapi ketika 1 bulan berlalu, beliau mengatakan bahwa sedang sibuk karena keluarga dari luar negeri sedang datang. Sehingga diusahakan 1 bulan ke depan akan jadi. 1 bulan berlalu ternyata belum jadi juga. Beliau beralasan bahwa baru saja kecelakaan. Akhirnya diminta deadline, tapi beliau tidak bisa memberikan deadline. Hmmm

Kalau memang tidak bisa menyelesaikan, harusnya bilang saja daripada harus berkelit terus. Saya sebagai kustomer sudah berusaha menahan diri agar tidak bawel serta berusaha memahami permasalahannya.

Tapi nasi sudah menjadi bubur. Kepercayaan bisa hancur gara-gara ingkar janji. Pintu maaf selalu ada, tapi mungkin tidak bisa bekerjasama lagi.

Kesimpulannya : pegang perkataan Anda, jangan hanya membual.

17516 Total Views 1 Views Today

Incoming search terms:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.