Kapanpun Tuhan Panggil, Kita Harus Dalam Keadaan Bersih

Posted by on Nov 19, 2015 in Curhat, Mindset | 0 comments

Kapanpun Tuhan Panggil, Kita Harus Dalam Keadaan Bersih

Seringkali dalam hidup ini kita hanya memikirkan perkara-perkara yang duniawi. Seperti makan, minum, kenyamanan, bisnis, pakaian, mobil, investasi, anak, sex dll. Kita merasa bahwa kita tidak akan pernah tiba-tiba meninggalkan bumi ini….

Apakah kita siap ketika Tuhan memanggil sewaktu-waktu ?

Apakah hati kita sudah bersih ?

Apakah NAMA kita sudah tercantum di BUKU KEHIDUPAN ?

Renungkan sejenak

CaptureNux 2015-11-15 11.10.39

Apakah yang segala-galanya dalam hidup kita ?

keluargakah ?

Bisniskah ?

Pasangankah ?

Karirkah ?

Anakkah ?

Atau TUHAN ?

Mulai saat ini, jadikan TUHAN yang menjadi SEGALA-GALANYA dalam hidup kita. Karena manusia tidak akan bisa menolong sewaktu kita sudah pergi dari dunia ini. Hanya TUHAN yang bisa menolong. DIAlah tujuan hidup kita.

Terus berjaga-jagalah!

Read More

Esok Kan Kujelang

Posted by on Nov 19, 2015 in Mindset, Wirausaha | 0 comments

Esok Kan Kujelang

Sebagai seorang pebisnis online. saya sudah cukup bersyukur sekali dengan income yang saya dapat setiap bulannya. Namun, semakin lama, bukanya semakin tenang, tapi terkadang semakin kuatir… Yes, saya semakin kuatir karena masalah demi masalah membuat saya harus belajar banyak ilmu-ilmu baru.

Saya tipe orang yang sensitif dan mudah curiga sama orang. Suatu ketika saya dapat pembantu rumah tangga (pembantu ketiga). Saya curiga kalau orang ini mau apa-apa. Tapi seperti ada yang berkata : “Serahkan kekuatiranmu pada Tuhan.. Bukankah hidupmu ini milikNya?”. Seketika itu kekuatiran saya mulai memudar, meskipun jujur saja masih ada sedikit was-was.

Yes, hidup ini cuma sementara. Jangan habiskan sisa waktu kita hanya takut diapa-apakan oleh orang lain. Percayakan semua itu pada Tuhan. Tetaplah rendah hati dan bersandarlah pada kekuatanNya.

Read More

Tuhan, Engkau Sungguh Baik.. Hatiku bersyukur…

Posted by on Nov 19, 2015 in Curhat, Mindset | 0 comments

Tuhan, Engkau Sungguh Baik.. Hatiku bersyukur…

God, terima kasih atas semua berkat-berkatMu. Bimbing aku untuk menggunakan semua yang aku miliki bagi KEMULIAANMU. Biarkan aku hidup menyenangkan hatiMu….

Terima kasih untuk mama, samuel dan adeknya yang masih dalam kandungan. Aku terlalu percaya bahwa hidupku ada dalam genggaman tanganMu. Terus jagaiku agar aku seturut dengan kehendakMu.

Amin

Kediri, 08 November 2015

Read More

Isteri Yang Bijaksana

Posted by on Jul 26, 2015 in Relationship | 0 comments

Isteri Yang Bijaksana

Dalam sekawanan isteri, Maya dan suaminya diakui sebagai pasangan suami isteri yang saling mencintai dan paling mesra. Meskipun anak lelaki mereka sudah hampir menikah, namun pasutri ini masih saling panggil “Darling! Honey!” setiap hari, setiap saat, baik duduk mau pun berdiri, mereka selalu duduk berdempetan, jika tidak saling berpegangan tangan, tentu saling peluk bahu. Ketika Maya akan naik atau turun dari mobil, suaminya pasti akan membukakan pintu. Ketika Maya akan duduk, suaminya akan menarikkan kursi. Maya dilayani layaknya seorang putri raja saja.

Dalam suatu kesempatan ketika sekawanan isteri ini sedang minum teh di sore hari, ada seorang isteri yang mengeluhkan kalau suaminya sangat rewel dan sulit dilayani, sebab setiap hari sehabis suaminya pulang kerja, dia harus mengantarkan sandal pada suami dan menghidangkan teh panas, makan malam harus dihidangkan tiga macam sayur dan satu macam sup. Seketika ada isteri lainnya yang berkomentar: “Engkau sudah melayaninya sedemikian rupa, mengapa suamimu masih suka mengabaikanmu? malamnya kalau tidak duduk di depan pesawat TV atau bekerja di depan laptop, pasti membaca koran.”

Semua orang sibuk membahasnya sampai waktu yang cukup lama, tiba-tiba ada seseorang yang bertanya kepada Maya yang terus tersenyum di samping : “bagaimana caranya menaklukkan suamimu May?”

Maya lalu menjawab dengan nada suaranya yang sudah terbiasa lambat dan lembut: “Hal-hal yang kalian selalu lakukan, seperti mengantarkan sandal atau menghidangkan teh hangat, itu semua tidak pernah saya lakukan. Makanan yang saya persiapkan juga tidak pernah sampai tiga macam sayur dan satu macam sup, bahkan selalu hanya berupa nasi campur, sebab pekerjaan saya sendiri sangat banyak. Namun, suamiku tetap sangat sayang padaku. Saya pikir ini mungkin karena kalian tidak pernah melakukan apa yang telah saya lakukan untuk suamiku, di mana saya sangat jarang sekali mengomel kepada suamiku, juga tidak pernah memperlihatkan raut muka kurang sedap dipandang kepadanya.

Selama 23 tahun pernikahan kami, saya sangat memperhatikan penampilan saya di hadapan suamiku, apa yang dilihatnya pada diriku senantiasa merupakan sisi yang paling menarik dan paling menyenangkan. Sebetulnya, apa yang telah kalian lakukan untuk suami kalian, bukannya suami kalian tidak tahu berterima kasih, namun setelah kalian melakukannya, lalu di akhirnya muncul omelan dan keluhan, atau raut muka tidak sedap dipandang, maka segala jerih payah sebelumnya akan sirna terhapus. Tahukah kalian bahwa hal yang paling dibenci oleh para suami adalah omelan, kata-kata yang sengit dan raut muka tidak sedap dipandang dari kaum isteri, ketika mereka pulang ke rumah habis kerja, mereka ingin relaks dan istirahat, mereka butuh kalian memberikan sebuah suasana rumah yang damai, gembira dan hangat.”

Semua orang tersentak mendengarnya, ternyata pokok permasalahannya ada di sini. Tentu saja mereka ingin mendengar lebih banyak penjelasan darinya, memintanya agar mengajarkan beberapa jurus rahasia dalam berkeluarga.

Maya mengatakan: “Saya punya sebuah cerita untuk kalian!”

“Pernah sekali suamiku menyampaikan kalau dirinya ingin mengundang 10 orang teman untuk makan di rumah. Karena saya pernah belajar masak untuk hidangan pesta, maka dia menanyakan apakah saya boleh menyediakannya? Saya langsung setuju. Pada hari Minggu, saya pun mengendarai mobil pergi ke pasar untuk membeli banyak bahan makanan untuk dimasak, hari Senin saya terlebih dahulu mempersiapkan asinan kecap, hari Selasa mempersiapkan salad, apa yang perlu dibumbui terlebih dahulu dibumbui agar rasanya meresap ke dalam, juga membuat sepiring besar bakso. Pada hari Rabu, saya permisi dari tempat kerja selama satu hari, sejak pukul 5 pagi sudah bangun tidur untuk bekerja, selain memasak, juga membersihkan rumah dan menata meja makan, sampai jam 6 sore baru selesai semuanya, saya taruh bunga segar dan lilin di atas meja, semua perlengkapan makan dan minum tampak mengkilap, termasuk makanan penutup berupa buah-buahan, semuanya ada 12 macam menu makanan, saya dan suami juga berpakaian rapi dan cantik, kami duduk di sofa sambil menunggu tamu datang berkunjung.

Akan tetapi, ketika waktu yang dijanjikan telah tiba, tiada seorang pun tamu yang muncul, malam itu turun hujan deras, suamiku berkata mungkin hujan deras membuat jalanan macat.

Setelah menunggu lebih dari setengah jam dan belum ada seorang pun yang datang, suamiku akhirnya menelepon pada temannya untuk bertanya.

Setelah meletakkan gagang telepon, suamiku duduk lemas di sofa bagaikan balon kempis, dia berkata dengan nada suara lemah kepada saya: ‘Maya, saya minta maaf! Saya salah ingat waktu, ternyata janji makannya pada Rabu depan.’

Gedebuk! Dunia di depan saya bagaikan tiba-tiba meledak, hati saya bagaikan dijatuhi sepotong demi sepotong puing es, rasa dingin yang mendalam muncul di telapak kaki saya dan menyebar ke seluruh tubuh. Saya terpikir kalau kerja keras tanpa istirahat dan ketegangan saraf saya selama empat hari ini, ternyata menjadi sia-sia hanya dikarenakan sebuah kesalahan dan kelalaian seperti itu.

Saya ingin menangis meraung-raung, namun tiada air mata yang mengalir keluar, saya ingin marah besar, namun tidak mampu bersuara, seluruh rumah pun terbenam dalam kesunyian.

Tidak tahu berapa lama kemudian, dua orang anak kami pulang ke rumah, namun begitu melihat suasana rumah yang aneh, mereka segera menyelinap ke dalam kamarnya dan tidak berani keluar lagi.

Saya dan suami duduk diam di sofa bagaikan mumi, dia tahu telah mendapat masalah besar, jurus mulut manis dan gerak hormat yang biasa disampaikan, sama sekali tidak berani dilancarkan lagi.

Seiring berlalunya waktu, kerja otak saya secara bertahap pulih kembali.

Saya mulai berpikir bagaimana memperlakukan orang ini?

Melihat dirinya bagaikan seekor domba yang siap dipotong, jika saya mengumbar emosi kepadanya atau membalikkan meja, itu adalah hal yang layak, namun apakah itu ada gunanya bagi diriku, dia atau anak-anak?

Saya teringat akan orang yang dihukum mati dan mendapatkan amnesti, tentu perasaan bagaimana luput dari kematian pasti tidak akan terlupakan seumur hidup.

Benar sekali, saya memang sangat frustrasi, terpikir bahwa tiga hari kemudian, saya harus mengulangi semua kerja keras sebelumnya, seluruh tubuhku terasa merinding, tapi kesalahan telah terjadi dan kerusakan telah timbul, apakah yang masih bisa tertolong kalau saya mengumbar emosi?

Akan tetapi, saya bisa memanfaatkan kesempatan langka ini untuk menunjukkan toleransi dan kemampuan memaafkan dari saya, sehingga anak saya juga bisa mendapatkan sebuah pelajaran penting dari sini.

Saya membuat pilihan di dalam hati, saya terlebih dahulu tersenyum dan memuji diri sendiri, kemudian berdiri untuk menarik tangan suamiku, saya berkata kepadanya dengan suara gembira: ‘Honey, kita patut bersyukur kepada Tuhan karena telah memberikan kesempatan pada kita sekeluarga untuk menikmati sebuah pesta keluarga yang tenang, pergi undang anak-anak ke sini untuk makan! Saya panaskan hidangan sebentar.’

Saya tidak akan pernah melupakan cahaya yang berkelebat di mata suamiku, perasaan sangat berterima kasih yang tak terucapkan membuatnya memegang erat tanganku dan berkata: ‘Baiklah isteriku! Terima kasih! Terima kasih!’

Dua orang anak kami juga segera mengganti pakaian dengan pakaian resmi untuk makan malam, atmosfer di meja makan pada malam itu sungguh manis dan belum pernah terjadi sebelumnya, suamiku terus menuangkan minuman dan mengambilkan lauk untukku, memperlakukanku bagaikan pengantin baru saja, anak-anak kami juga sangat bersukacita bagaikan ikut resepsi pernikahan orangtua mereka saja.

Kemudian, suamiku menyampaikan bahwa hidangan untuk tamu di minggu depan tidak usah saya persiapkan lagi, dia akan mengundang para tamu untuk makan di restoran saja. Namun saya bersikeras kalau semuanya harus berjalan sesuai rencana awal, biar para tamu bisa menyantap masakan saya, meski pun saya harus sibuk sekali lagi, akan tetapi ketika kalian melihat bagaimana sikap suamiku dalam memperlakukan diriku, kalian tentu tahu kalau semua pengorbananku tidak sia-sia sama sekali.”

Begitu Maya habis bercerita, semua orang akhirnya mengerti mengapa suaminya sangat memanjakan Maya.

Dalam hati kita akan timbul sebuah perasaan yang mendalam: Ketika seseorang memang layak disalahkan, namun anda melepaskan hak untuk menyalahkannya, ketika anda bisa berhitungan kepadanya, tapi anda menghapuskan hutangnya, maka tiada cara yang melebihi cara ini untuk menunjukkan cinta anda kepadanya.

Kemesraaan antara pasangan suami isteri dalam kondisi biasa adalah hal yang sangat mudah dilakukan, tetapi pepatah mengatakan kondisi sulit yang menampakkan teman sejati, ketika pihak lawan membuat dirimu naik darah sampai geregetan, namun anda masih bisa memegang tangannya dan memanggilnya “Honey”, bahkan menghiburnya agar jangan bersedih, ini bukan suatu hal yang mampu dilakukan oleh seorang isteri yang biasa-biasa saja. Jadi kita harus mengangkat jempol untuknya.

Mencintai seseorang:
Harus memahami, juga harus menguraikan kegelisahannya; harus meminta maaf, juga harus berterima kasih padanya; Harus mengakui kesalahan, juga harus memperbaiki kesalahan; harus memberi perhatian penuh, juga harus memperlihatkan pengertian; Adalah menerima, bukannya menahan sabar; Adalah toleran, bukan membiarkan; Adalah mendukung, bukannya mengatur-atur; Adalah menghibur, bukannya menghakimi; Adalah berbagi perasaan, bukannya memberi tuduhan; Adalah sulit melupakan, bukannya lupa; Adalah saling berinteraksi, bukannya suka berpesan ini itu; Adalah mendoakan pihak lawan diam-diam, bukannya meminta banyak macam pada pihak lawan; Boleh romantis, tapi jangan memboroskan; Boleh selalu bergandengan tangan, tetapi jangan suka-suka berpisahan

Read More

Apakah Impianmu Sudah Benar ?

Posted by on Nov 8, 2014 in Mindset | 0 comments

Apakah Impianmu Sudah Benar ?

http://2.bp.blogspot.com/-fy8acJ_Csw0/VBeOuuS7qaI/AAAAAAAAAM0/ZwNQLBTPiUg/s1600/24202-impian-tidak-akan-menggerakan-seseorang-utk-maju-alasan-kuat.pngSaat ini banyak orang yang sukses di usia muda. Mereka punya banyak impian yang dengan mudah tercapai. Kondisi saat ini memang memungkinkan hal itu. Hal ini patut kita syukuri.

Kita bisa menghabiskan banyak waktu, tenaga, dan uang untuk mencapai sebuah mimpi. Mimpi ataupun ambisi tersebut bisa saja berasal dari Allah ataupun dari diri kita sendiri. Tapi apakah impian tersebut selaras dengan kehendak Tuhan ? bagaimana caranya mengetahuinya ?

Jika impian itu bukan berasal dari Tuhan, maka akan banyak menghabiskan waktu dan energi Anda, dimana Anda akan frustasi dan merasa lemah. Tapi jika impian tersebut berasal dari Allah, maka inilah tandanya :

1. Membawa Kemuliaan Bagi Allah

Tuhan menciptakan apapun di dunia ini untuk kemuliaanNya. Demikian juga impian, Tuhan memberikan impian yang akan membawa kemuliaan bagi-Nya pada akhirnya. Tuhan tidak pernah meminta Anda melakukan sesuatu yang berlawanan dengan Firman-Nya. Sebuah impian selalu menggambarkan harapan, cinta, damai – dimana Tuhan mendapatkan kemuliaan darinya. “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!” (Roma 11:36)

2. Mendatangkan berkat bagi banyak orang

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sangat berharga bagiNya. Dia sangat memperhatikan bagaimana kita memperlakukan seorang dengan yang lain daripada kesuksesan material. Setiap impian yang yang mengambil keuntungan dari orang lain ataupun mengambil keuntungan dari kesialan orang lain, maka itu bukanlah dari Tuhan. Jauhi bisnis yang seperti itu! Tuhan pasti akan meminta Anda melakukan hal-hal yang membuat kebutuhan orang lain terpenuhi. Bisa jadi menulis buku agar orang lain memiliki harapan saat membacanya. Bisa jadi menciptakan secangkir kopi yang nikmat, bisa jadi menjadi orangtua angkat, apa saja. (baca Yesaya 1:17)

3. Melebihi dari apa yang mampu Anda pikirkan dan lakukan

Tuhan tidak memberikan mimpi yang kecil. Tuhan senang melakukan hal yang besar lewat orang-orang yang kelihatannya tidak besar. Tuhan senang memberikan kita mimpi yang besar, sehingga jika kita melihat impian itu terwujud, kita tahu bahwa itu semua karena tangan Tuhan dan bukan karena kemampuan kita sendiri. (baca Efesus 3:20)

Mari intropeksi sejenak : apakah mimpi yang tengah kita perjuangkan itu memenuhi ketiga hal di atas? apakah itu akan mendatangkan damai sejahtera bagi banyak orang ? Mimpi dari Tuhan bukan hal yang sepele tapi penting. Tidak kekanak-kanakan tapi berkuasa. Jika Tuhan sudah memberikan Anda mimpi itu, kejarlah! Berjuanglah untuk itu. Jangan abaikan karena mimpimu itu berharga.

Sumber : relevantmagazine.com by lois ho/jawaban.com

Read More

Natal Di Hatiku

Posted by on Dec 25, 2013 in Relationship | 0 comments

seperti palungan,
layakkanlah hatiku menyambutMU Tuhan,
seperti emas, kemenyan dan mur,
biar hidupku berkenan padaMU.

Reff : Sebab natal tak akan berarti tanpa kasihMU lahir di hatiku,
hanya bersamaMU Yesus kurasakan selalu indahnya natal di hatiku.

bersama paduan suara surga ku bernyanyi,
kemuliaan di tempat maha tinggi,
dan damai sejahtera di antara manusia,
yang hidupnya berkenan kepadaMU.

Read More

Menghentikan kebiasaan mencela orang

Posted by on Dec 15, 2013 in Mindset | 0 comments

Seringkali kita ini mudah sekali mencela orang. Dengar kabar seorang teman keluar dari pekerjaan, kita dengan cepat tanggap berkomentar : “Wuihhh… Sombong sekali ya dia.. Sudah kayak orang kaya aja Ga butuh pekerjaan”.

Padahal orang yang keluar itu adalah karena suatu hal. Seringkali kita mengomentari sesuka kita tanpa mau berempati terhadap masalah yang orang lain hadapi.

Tanya dalam hati kita sendiri : “apakah saat berkomentar seperti itu sebenarnya kita sedang iri? Dengki?”

Kebencian, iri dengki adalah sumber malapetaka dalam hidup kita. Jangan biarkan hal itu bersarang dan menjadi kebiasaan dalam hidup.

Mencela orang seringkali menjadi pelampiasan untuk menaikkan harga diri kita. Kita akan merasa lebih baik dari orang yang kita cela. Pada saat itulah sebenarnya kita sedang dikuasai kesombongan.

Orang berpikiran kerdil selalu berbicara orang-orang (gosip) dan peristiwa-peristiwa. Tapi orang berpikiran besar selalu berbicara ide-ide dan manfaat bagi orang lain. Termasuk yang manakah Anda ?

Read More